Berkenaan dengan pertanyaan, “apakah Tuhan bisa menciptakan batu yang sedemikian berat sehingga Tuhan sendiri tidak bisa mengangkatnya?”
Pertanyaan ini diberikan untuk mengacaukan konsep/pemahaman tentang “kemahakuasaan Allah.” Jika Ia mahakuasa kenapa tidak bisa menciptakan batu yg sangat berat sehingga Ia tidak bisa mengangkatnya. Namun jika Ia mahakuasa mengapa Ia tidak bisa mengangkatnya.
Mari kita melihat pertanyaan ini:
“Apakah manusia yang omnivora itu bisa makan batu-batuan?”
(omnivora secara harafiah berarti “pemakan segala”, bandingkan dengan karnivora yi.pemakan daging dan herbivora yi.pemakan tumbuhan)
Tentu saja jawabannya “tidak bisa!”
Namun orang bisa balik lagi bertanya, “lho, bukankah manusia itu omnivora, yang artinya pemakan segala! Bukankah itu berarti manusia bisa memakan segalanya termasuk batu?”
Dari semi-dialog ini kita bisa melihat bahwa orang yang mengajukan pertanyaan itu salah memahami tentang kata “omnivora”. Omnivora itu dalam arti sesungguhnya (atau arti yang diajarkan di sekolah saya) merujuk pada makhluk yang bisa memakan daging dan tumbuhan. Tapi pasti tidak termasuk batu!
Nah serupa dengan hal di atas, pertanyaan, “apakah Tuhan bisa menciptakan batu yang sedemikian berat sehingga Tuhan sendiri tidak bisa mengangkatnya?” juga memiliki kesalahan yang mirip.
Secara logis sebenarnya pertanyaan ini bisa dinyatakan sebagai berikut,
Jika A maka B, Jika -B maka –A.
A=Allah Mahakuasa; B=mampu melakukan segala sesuatu; -A, -B (baca negasi A, negasi B). negasi artinya lawan dari. Negasi A berarti tidak mahakuasa, negasi B berarti tidak mampu untuk melakukan segala sesuatu.
Banyak orang kemudian terjebak untuk membela Tuhan dengan menyatakan, “oh Tuhan bisa menciptakan batu yang demikian berat sehingga Ia tidak bisa mengangkatnya, namun Ia juga bisa mengangkatnya” justru menjadi tidak logis.
Oleh sebab itu untuk mendapatkan kejelasan tentang hal ini saya mengajak kita untuk mencermati dulu pernyataan A / preposisi A, yaitu Allah Mahakuasa.
Allah yang Mahakuasa ini haruslah dipahami dalam terminologi sesuai dengan FirmanNya yaitu Alkitab sehingga tidak timbul salah mengerti.
Mari kita melihat kemahakuasaan Allah:
-Kejadian 1:1-3 = Allah berkuasa untuk menciptakan langit dan bumi
-Kejadian 1:9-24 = Allah berkusa untuk menciptakan makhluk hidup
-Kejadian 1:25-27 = Allah berkuasa untuk menciptakan roh manusia
-Kejadian 8-10 = Allah berkuasa menghancurkan/memunahkan dunia
-Keluaran 10: = Allah berkuasa “memanipulasi” alam (10 tulah)
-Mazmur 104 = Allah yang mencipta alam semesta, makhluk-makhluk hidup serta yang memelihara segalanya itu (mis.ay13-14, 27-28).
Melalui bagian-bagian itu kita melihat kemahakuasaan Allah yang melampaui segala kuasa alam, manusia maupun malaikat-malaikat. Segala yang ada bersumber daripadaNya. Segala kuasa yang dimiliki manusia, malaikat atau alam semua bersumber daripadaNya.
Nah, pertanyaannya sekarang adalah, “bisakah Allah menciptakan suatu hal (mis.batu) yang melebihi kuasaNya sendiri?”
Menurut kesaksian Alkitab, ternyata Allah memang tidak semahakuasa yang diduga orang. Namun justru karena “ketidakmahakuasaan” ini kita manusia bisa bersyukur.
-Allah tidak berkuasa untuk menciptakan “diri” yang melebihi diriNya. Ia adalah yang ultimat, yang paling sempurna, yang paling tinggi.
-Allah tidak berkuasa mencipta ciptaan yang sama dengan diriNya (oleh karena itu sang Firman dan Roh Kudus bukan dicipta, melainkan dari kekekalan sudah bersama-sama sebagai Allah (lih. Kej 1:2; Yoh 1:1))
- Allah tidak berkuasa menyangkali atau melawan diriNya sendiri, contoh mudahnya adalah, Allah yang mahakudus tidak bisa dengan kuasaNya menjadikan diri “berdosa”, jahat atau tidak kudus. Lih. Yak.1:13&17, serta 1 Yoh 1:5.
- Allah tidak berkuasa untuk berbuat tidak adil. Jika Ia murka dan menghukum selalu karena ada dosa, selalu ada alasan/tindakan yg telah melawan kekudusan Allah. (bdg.Rom 1:18-21).
Sekarang sudah jelas bahwa kata “Mahakuasa” tidak bisa dipahami dengan sembarangan sebagai “bisa melakukan segala sesuatu, entah yang baik atau buruk”
Pada saat ini saya menunjukkan satu permasalahan/kesalahan dari pertanyaan “apakah Tuhan bisa menciptakan batu yang sedemikian berat sehingga Tuhan sendiri tidak bisa mengangkatnya?” adalah permasalahan pada penggunaan kata dan konsep “kemahakuasaan”.
Oleh karena Tuhan tidak bisa untuk melawan diriNya sendiri maka saya berkesimpulan bahwa “kemahakuasaan” Allah itu terbatas oleh keberadaan diriNya. (His power is not more than His existence, His ultimate existence is the highest power can be)
Maka jawaban saya terhadap pertanyaan, “apakah Tuhan bisa menciptakan batu yang sedemikian berat sehingga Tuhan sendiri tidak bisa mengangkatnya?” adalah TIDAK BISA.